Dikopy dari tulisan Dedy Riyadi
OPINI | 04 July 2011 | 11:01 39 2 1 Kompasianer.
Saya baru saja menghabiskan sebuah dongeng yang tampaknya remeh, tetapi bagi saya punya nilai yang sangat bagus. Dongeng ini berjudul “Si Penjual Kucing,” yang menceritakan perjalanan seorang miskin bernama Abdullah yang memutuskan untuk merantau ke Tanah Jawa dari desanya karena miskin.
Abdullah hanya mempunyai uang 10 gobang (1 gobang = 2.5 sen), uang tersebut hanya cukup sebagai ongkos naik kapal dagang yang bertujuan ke pelabuhan besar di Tanah Jawa. Sesampai di pelabuhan, dia melihat seorang ibu yang kurus kering menggendong anaknya. Bersama mereka ada sebuah keranjang. Ibu tersebut memohon kepada Abdullah untuk membeli isi keranjangnya itu agar dia dan anaknya bisa makan hari itu. Sudah berhari-hari, ibu beranak itu makan dari sisa-sisa makanan orang. Abdullah yang merasa kasihan akhirnya menengok isi keranjang si Ibu tersebut. Ternyata, keranjang itu berisi 3 ekor kucing.
Abdullah merasa bingung antara ingin membantu ibu tersebut dan hendak diapakan 3 ekor kucing yang juga kurus-kurus kurang makan itu. Tapi yang membuatnya tetap berkehendak untuk membantu ibu beranak itu adalah kondisi ibu beranak itu yang tampaknya jika tidak mendapatkan uang hari itu pasti mereka akan kelaparan dan mati mengenaskan.
Setelah tawar menawar, akhirnya Abdullah membeli 3 ekor kucing itu dengan 3 gobang. Lalu dia pun memilih berangkat ke Tanah Jawa dengan menggunakan perahu layar kecil dengan ongkos 5 gobang. Dalam perjalanan di laut, perahu layar kecil itu dihempas ombak besar dan terdamparlah Abdullah bersama tukang perahu ke sebuah pulau. Pulau Tikus namanya. Dinamakan Pulau Tikus lantaran di pulau tersebut tikus amatlah banyak. Mereka merajalela sehingga para penduduk kebingungan untuk membasminya. Segala macam cara sudah digunakan, tetapi tikus-tikus itu rasa-rasanya bertambah banyak saja.
Mengetahui hal itu, Abdullah berpikir tentang 3 ekor kucing yang dimilikinya. Tentu kucing-kucing itu sangat berguna untuk membasmi tikus-tikus di Pulau Tikus tersebut. Maka dengan penuh keberanian dan pengharapan yang besar, Abdullah memutuskan untuk menjumpai Kepala Masyarakat Pulau Tikus dan menawarkan kucing-kucingnya.
“Aku akan membelinya 15 dinar untuk tiga ekor kucingmu bila terbukti mereka bisa membasmi tikus-tikus di pulau ini.” Demikian janji Kepala Masyarakat Pulau Tikus kepada Abdullah. Segera saja Abdullah membuka keranjang yang berisi 3 ekor kucing itu. Kucing-kucing yang berhari-hari tidak cukup makan itu segera memburu dan menyantap tikus-tikus yang berkeliaran itu.
Demikianlah Abdullah beroleh peruntungan dengan kucing-kucing yang dibelinya dulu. Setelah perahu layar itu diperbaiki, Abdullah memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya dengan uang 15 dinar hasil penjualan kucing-kucing itu. Sesampainya di kampung halamannya, Abdullah memutuskan membeli sebidang tanah dan mengupayakannya sebagai ladang dan kebun.
Para tetangga Abdullah yang mengetahui bahwa Abdullah sudah menjadi kaya karena bertualang itu segera mencari tahu bagaimana caranya Abdullah menjadi kaya. Abdullah pun menceritakan kisahnya menjual kucing di Pulau Tikus.
3 orang tetangga Abdullah yang merasa iri dengan keberhasilan Abdullah, memutuskan untuk mencari kucing sebanyak-banyaknya untuk dijual ke Pulau Tikus. Bahkan mereka menjual semua hartanya untuk membeli kucing-kucing dari orang-orang yang memiliki kucing, juga disewanya banyak perahu untuk membawa kucing-kucing itu ke Pulau Tikus.
Sesampai di Pulau Tikus, mereka sungguh kecewa karena tikus-tikus di Pulau Tikus sudah banyak berkurang, terlebih di sana sudah banyak kucing yang lahir dari 3 ekor kucing yang dibawa Abdullah dulu. Berpuluh-puluh kucing yang mereka bawa tidak laku seekor pun. Dengan perasaan malu, mereka pun pulang. Selanjutnya tidak diceritakan bagaimana nasib berpuluh-puluh kucing yang mereka bawa.
Dongeng ini konon merupakan cerita rakyat dari Pulau Madura. Yang dapat kita tarik dari cerita rakyat ini adalah rasa welas asih kepada sesama akan membawa suatu kebahagiaan tersendiri. Saya katakan demikian karena bisa jadi membawa peruntungan baik kepada yang melakukannya atau setidaknya hanya dalam perasaan saja. Ada rasa bahagia bisa menolong orang lain.
Yang kedua, adalah banyak orang yang melihat kesuksesan seseorang hanya dari saat mereka sudah sukses saja. Proses bagaimana mereka sukses tidak diteladani, yang penting adalah hasil. Justru untuk menumbuhkan sikap sukses dalam diri, yang perlu dicontoh adalah bagaimana seorang yang sukses itu melewati hari-hari terburuknya. Thomas Alfa Edisson gagal ratusan kali untuk bisa mendapatkan satu produk yang berhasil. Nah, bagaimana orang menghadapi kegagalan adalah hal yang sangat harus dicontoh daripada bagaimana orang menikmati kesuksesannya.
Kebanyakan orang lebih ingin tahu bagaimana orang sukses menikmati kesuksesannya daripada mencari tahu bagaimana mereka berupaya keras menerima kegagalannya atau bagaimana mereka meniti hari demi hari dalam harapan mereka untuk bisa sukses. Kebanyakan orang memikirkan bagaimana seorang Christiano Ronaldo menghabiskan gajinya yang mencapai 165 milyar rupiah per tahun daripada memikirkan bagaimana Christiano Ronaldo berlatih keras setiap harinya.
Ketiga, hal yang bisa saya dapatkan dari cerita ini adalah “jangan tamak” karena 3 penduduk sedesa dengan Abdullah adalah orang-orang yang sudah berharta. Tetapi mereka melihat Abdullah bisa membeli sebidang tanah seperti seseorang yang mendapatkan kelilip di matanya. Mereka merasa hal itu sangat mengganggu perasaan mereka. Mereka ingin bisa lebih dari Abdullah, padahal mereka sudah lebih dari Abdullah. Buktinya mereka punya harta yang bisa dijual untuk membeli berpuluh-puluh kucing dan menyewa beberapa perahu untuk berlayar ke Pulau Tikus, hal yang tidak bisa Abdullah lakukan sebelumnya.
Keempat, seharusnya 3 orang sedesa Abdullah tidak mencontoh kesuksesan Abdullah dengan menjual kucing ke Pulau Tikus. Karena kucing-kucing itu pasti beranakpinak dan bisa menetralisir keganasan tikus-tikus yang sudah tersohor itu. Seharusnya mereka berpikir bagaimana seandainya tikus-tikus itu habis dan kucing-kucing itu pada akhirnya yang berubah menjadi hama karena mereka kehabisan makanan. Jadi yang dapat mereka “jual” ke Pulau Tikus adalah pakan kucing atau jasa mengkebiri kucing agar tidak over populated. Inilah sikap yang bisa diambil ketika mengetahui seseorang itu berhasil / sukses. Bukannya merasa iri karena kesuksesan seseorang tetapi bisa mengambil hikmah agar kita pun bisa sesukses dia bahkan mungkin lebih sukses.
Salam Sukses!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar